Ilustrasi. |
Dakwah kampus itu semacam durian
yang matang. Penuh dengan duri tajam, di tambah jarak yang sangat rapat.
Mencium aromanya dari luar lebih muda ketimbang menyentuhnya dengan
tangan. Belum lagi setiap pohon durian, yang tumbuhnya berbeda-beda. Ada
yang di pinggir sungai dengan tanah yang subur, ada lagi yang di tanah
gersang dengan minim air, selanjutnya ada di tepi jurang yang curam.
Belum lagi gangguan dari si monyet yang serakah. Kondisi yang seperti
itu membuat kuantitas durian menjadi berbeda-beda pada akhirnya. Tapi
walaupun berbeda-beda, pada akhirnya pun durian akan matang. Matangnya
buah durian pun, akan di tandai nikmatnya, segarnya, dan manisnya bila
waktunya tepat. Atau pun sebaliknya jika waktu yang tepat di tandai
dengan buah yang mentah, dan berakhir tak enak di makan. Analogi di atas
mungkin tepat dengan dakwah kampus sekarang ini dalam perspektif.
“Kenapa dan kenapa”, menjadi kata yang penting bagi seseorang yang ingin
mengenal dakwah kampus.