Pohon Kelor |
Jakarta - Adinda Alifiansi Candra Dewi
(18), siswi kelas XII Jurusan Farmasi SMK Theresiana Semarang, tak pernah
menyangka penelitiannya berbuah medali emas di Taiwan. Mengaku sempat minder,
Adinda akhirnya mampu mengharumkan nama Indonesia pada lomba riset tingkat SMA
Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ketiga di Taiwan.
Penelitiannya yang berjudul "Kelor Seed as Water Cleanser" membuat Adinda menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia yang meraih emas di ajang itu. "Enggak pernah terpikir bisa dapat emas karena yang lain penelitiannya juga keren-keren," kata dia saat ditemui di SMK Theresiana, Jalan Gajah Mada, Semarang, Selasa (26/8/2014).
Adinda Alifiansi Candra Dewi (18) |
Adinda menceritakan, penelitiannya berawal dari
kegalauannya melihat sungai-sungai yang kotor di tengah Kota Semarang. Terlebih
lagi, warga di sekitar sungai tersebut tidak bisa mendapatkan pasokan air
bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Padahal, air bersih merupakan
kebutuhan utama masyarakat.
"Saya kan setiap berangkat dan pulang sekolah melewati sungai itu. Selain itu, juga banyak penelitian tentang biji kelor yang bisa menjernihkan air. Makanya saya coba," ujar dia.
Adinda kemudian melakukan penelitian tentang biji kelor tersebut dengan dibantu guru pembimbingnya, Shierly Veronica Mayasari. Akhirnya lewat penelitian tersebut ia bisa meraih medali perak pada lomba penelitian belia tingkat Provinsi Jawa Tengah pada Oktober 2013 lalu.
Kemudian di tingkat nasional, Adinda meraih perunggu pada November tahun lalu. Ia mengatakan, perjalanan penelitian ini juga terbilang panjang, lebih kurang sampai satu tahun. Ia juga sudah melakukan beberapa kali percobaan dengan air dari dua sungai berbeda dengan tingkat kekeruhan yang berbeda pula.
"Dari setiap tingkatan lomba itu ada evaluasi dan perbaikan, awalnya dengan dosis 400 mg serbuk biji kelor untuk satu liter air dan waktu penjernihan hingga delapan jam, dan untuk yang ke Taiwan sudah dengan dosis tepat, yakni 30 mg untuk satu liter air dengan waktu lebih efektif hanya satu jam, akhirnya malah dapat medali emas," kata dia.
"Saya kan setiap berangkat dan pulang sekolah melewati sungai itu. Selain itu, juga banyak penelitian tentang biji kelor yang bisa menjernihkan air. Makanya saya coba," ujar dia.
Adinda kemudian melakukan penelitian tentang biji kelor tersebut dengan dibantu guru pembimbingnya, Shierly Veronica Mayasari. Akhirnya lewat penelitian tersebut ia bisa meraih medali perak pada lomba penelitian belia tingkat Provinsi Jawa Tengah pada Oktober 2013 lalu.
Kemudian di tingkat nasional, Adinda meraih perunggu pada November tahun lalu. Ia mengatakan, perjalanan penelitian ini juga terbilang panjang, lebih kurang sampai satu tahun. Ia juga sudah melakukan beberapa kali percobaan dengan air dari dua sungai berbeda dengan tingkat kekeruhan yang berbeda pula.
"Dari setiap tingkatan lomba itu ada evaluasi dan perbaikan, awalnya dengan dosis 400 mg serbuk biji kelor untuk satu liter air dan waktu penjernihan hingga delapan jam, dan untuk yang ke Taiwan sudah dengan dosis tepat, yakni 30 mg untuk satu liter air dengan waktu lebih efektif hanya satu jam, akhirnya malah dapat medali emas," kata dia.
Adinda menjelaskan, biji kelor yang sudah
menjadi bubuk itu bisa untuk menjernihkan air. Air yang sudah jernih bisa
bermanfaat untuk kebutuhan rumah tangga. "Kalau untuk langsung diminum
harus diteliti lagi di laboratorium, tapi ini sudah bisa untuk mencuci, mandi,
dan kebutuhan air bersih lain," ujar siswi kelahiran Semarang, 3 April
1996, itu.
Berada di ajang internasional, bagi Adinda, merupakan pengalaman berharga dan luar biasa. Dengan penelitiannya itu, ia juga bisa memperkenalkan biji kelor dengan nama Latin Moringa oleivera yang banyak ditemukan di Indonesia.
Saat presentasi, ia juga membawa contoh berupa biji kelor kering untuk diperlihatkan. Terdapat tujuh negara yang turut serta pada ajang tersebut, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Korea, dan Guam.
"Bawa sedikit untuk contoh, dan ternyata yang banyak ditanyakan juga keberadaan kelor sendiri apakah banyak di Indonesia. Dan penelitian ini saya lakukan karena kelor banyak ditemukan di sekitar kita dan mudah tumbuh," tutur putri pertama pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini Widiasari itu.
Berada di ajang internasional, bagi Adinda, merupakan pengalaman berharga dan luar biasa. Dengan penelitiannya itu, ia juga bisa memperkenalkan biji kelor dengan nama Latin Moringa oleivera yang banyak ditemukan di Indonesia.
Saat presentasi, ia juga membawa contoh berupa biji kelor kering untuk diperlihatkan. Terdapat tujuh negara yang turut serta pada ajang tersebut, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Korea, dan Guam.
"Bawa sedikit untuk contoh, dan ternyata yang banyak ditanyakan juga keberadaan kelor sendiri apakah banyak di Indonesia. Dan penelitian ini saya lakukan karena kelor banyak ditemukan di sekitar kita dan mudah tumbuh," tutur putri pertama pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini Widiasari itu.
Bagaimana "resep" Adinda menjernihkan air dengan biji
kelor?
Adinda yang ditemui di sekolahnya,
Selasa (26/8/2014) mengatakan, awalnya biji kelor yang akan digunakan itu
dikeringkan terlebih dahulu. Kemudian dihaluskan atau diblender dan disaring
hingga menjadi serbuk yang halus.
Pada awal penelitian, ia menggunakan 400 mg serbuk biji kelor untuk satu liter air. Dibutuhkan waktu delapan jam hingga air itu jernih. Merasa belum efektif dan efisien, Adinda dibantu guru pembimbingnya terus melakukan beberapa kali uji coba.
Pada awal penelitian, ia menggunakan 400 mg serbuk biji kelor untuk satu liter air. Dibutuhkan waktu delapan jam hingga air itu jernih. Merasa belum efektif dan efisien, Adinda dibantu guru pembimbingnya terus melakukan beberapa kali uji coba.
"Saya gunakan sampel air sungai dari sungai Banjir
Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di beberapa titik dengan tingkat kekeruhan
yang berbeda," ujar putri pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini
Widiasari.
Setelah beberapa kali ujicoba, ia akhirnya menemukan dosis yang cocok dan waktu yang relatif singkat yakni sekitar satu jam. Serbuk biji kelor sebanyak 30mg untuk menjernihkan air satu liter.
Ia berharap dengan waktu yang relatif singkat itu, masyarakat akan tertarik mencobanya. Untuk menjernihkannya, serbuk tersebut dimasukkan ke dalam air kemudian diaduk. Pertama yakni diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 15-20 menit, kemudian lebih pelan sekitar 15rpm dengan waktu yang sama.
Setelah itu, air akan berubah menjadi jernih, dan kotoran-kotoran air sungai akan mengendap di bagian bawah sehingga mudah diambil. Sedangkan jika air itu bercampur minyak, serbuk biji kelor akan memisahkan minyak di bagian atas.
Setelah dilakukan penyaringan, air akan menjadi jernih dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Untuk air yang lebih banyak, takaran serbuk biji kelor tinggal disesuaikan saja. "Kalau untuk diminum langsung butuh waktu sekitar 70 menit, tapi harus ada ujicoba di laboratorium untuk kandungan bakterinya. Itu yang belum saya lakukan dan berharap ke depannya bisa langsung minum," ujar siswi kelas 12 Jurusan Farmasi ini.
Dia mengatakan hal ini bisa dilakukan oleh siapapun. Terkait kecepatan dalam mengaduk, jika tidak ada alat pengukur kecepatan, bisa dilakukan dengan mengira-ira. "Saya pernah coba dengan botol, awalnya dikocok saja yang cepat, kemudian yang kedua yang pelan, nah hasilnya bisa dilihat. Makanya siapa saja bisa coba," ujar gadis yang bercita-cita menjadi apoteker ini.
Selain mudah dilakukan, biji kelor atau tanaman kelor juga mudah didapatkan. Selama ini masyarakat juga belum banyak tahu apa manfaat biji-biji kelor tersebut. Ia berharap apa yang dilakukan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Dengan penelitian itulah akhirnya Adinda mendapatkan prestasi yang sangat membanggakan dan mengharumkan nama Indonesia.
Dia meraih medali emas pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ke-3 di Taiwan pada 18-22 Agustus 2014. "Saya berharap ini bermanfaat, meski tidak langsung untuk skala besar, namun setidaknya untuk di lingkungan sekitar saya," kata dia.
Setelah beberapa kali ujicoba, ia akhirnya menemukan dosis yang cocok dan waktu yang relatif singkat yakni sekitar satu jam. Serbuk biji kelor sebanyak 30mg untuk menjernihkan air satu liter.
Ia berharap dengan waktu yang relatif singkat itu, masyarakat akan tertarik mencobanya. Untuk menjernihkannya, serbuk tersebut dimasukkan ke dalam air kemudian diaduk. Pertama yakni diaduk dengan kecepatan 100 rpm selama 15-20 menit, kemudian lebih pelan sekitar 15rpm dengan waktu yang sama.
Setelah itu, air akan berubah menjadi jernih, dan kotoran-kotoran air sungai akan mengendap di bagian bawah sehingga mudah diambil. Sedangkan jika air itu bercampur minyak, serbuk biji kelor akan memisahkan minyak di bagian atas.
Setelah dilakukan penyaringan, air akan menjadi jernih dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga. Untuk air yang lebih banyak, takaran serbuk biji kelor tinggal disesuaikan saja. "Kalau untuk diminum langsung butuh waktu sekitar 70 menit, tapi harus ada ujicoba di laboratorium untuk kandungan bakterinya. Itu yang belum saya lakukan dan berharap ke depannya bisa langsung minum," ujar siswi kelas 12 Jurusan Farmasi ini.
Dia mengatakan hal ini bisa dilakukan oleh siapapun. Terkait kecepatan dalam mengaduk, jika tidak ada alat pengukur kecepatan, bisa dilakukan dengan mengira-ira. "Saya pernah coba dengan botol, awalnya dikocok saja yang cepat, kemudian yang kedua yang pelan, nah hasilnya bisa dilihat. Makanya siapa saja bisa coba," ujar gadis yang bercita-cita menjadi apoteker ini.
Selain mudah dilakukan, biji kelor atau tanaman kelor juga mudah didapatkan. Selama ini masyarakat juga belum banyak tahu apa manfaat biji-biji kelor tersebut. Ia berharap apa yang dilakukan ini bisa bermanfaat bagi masyarakat. Dengan penelitian itulah akhirnya Adinda mendapatkan prestasi yang sangat membanggakan dan mengharumkan nama Indonesia.
Dia meraih medali emas pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) ke-3 di Taiwan pada 18-22 Agustus 2014. "Saya berharap ini bermanfaat, meski tidak langsung untuk skala besar, namun setidaknya untuk di lingkungan sekitar saya," kata dia.
Tanaman kelor bagi sebagian besar
orang di Indonesia sudah tidak asing lagi. Keberadaan tanaman ini mudah didapat
dan juga mudah tumbuh di berbagai tempat.
Itulah yang membuat Adinda Alifiansi Candra Dewi (18), berharap penelitiannya terkait manfaat biji kelor bisa diaplikasikan di masyarakat.
"Daunnya juga biasa digunakan untuk sayur. Selain untuk penghijauan, banyak manfaat lain dari tanaman ini," ujar Adinda saat ditemui di sekolahnya di Jalan Gajah Mada, Semarang, Selasa (26/8/2014).
Penelitian Adinda tersebut ialah tentang manfaat serbuk biji kelor untuk menjernihkan air kotor. Penelitian ini sudah mendapatkan penghargaan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Bahkan, ia sudah menyabet medali emas pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) Ke-3 di Taiwan pada 18-22 Agustus 2014.
"Ya, memang belum untuk skala besar yang mendunia, tapi saya berharap bisa dimanfaatkan di lingkungan RT atau permukiman warga," kata gadis yang tinggal di Jalan Galar 2, No 13, Tlogosari, Semarang, itu.
Penggunaan serbuk biji kelor untuk menjernihkan air ini sangat mudah, hanya memasukkan serbuk ke dalam air kotor, kemudian diaduk dengan kecepatan dan waktu tertentu. Cara ini bisa dilakukan untuk menjernihkan air sungai yang keruh.
"Daripada memakai air sungai yang keruh untuk mandi dan lainnya, lebih baik kan dijernihkan dulu. Pohon kelornya bisa ditanam di pinggir-pinggir sungai atau sekitar rumah untuk penghijauan," ujarnya.
Penelitiannya ini memang berawal ketika melihat masih banyaknya warga yang menggunakan air sungai yang keruh untuk kebutuhan rumah tangga. Sebab, lingkungan sekitar sungai tidak teraliri air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.
Pemanfaatan biji kelor ini bisa dilakukan secara gotong royong di suatu lingkungan ataupun sendiri-sendiri di rumah. Ia mengatakan bisa saja memberikan pelatihan dan cara menggunakan serbuk biji kelor tersebut jika memang ada yang berminat.
"Dengan ini, air sungai bisa jernih dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga sehingga kebutuhan air bersih warga bisa tercukupi, bahkan bisa saja langsung minum, tapi perlu penelitian lebih lanjut," tambah putri pertama dari empat bersaudara pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini Widiasari tersebut. Kompas
Itulah yang membuat Adinda Alifiansi Candra Dewi (18), berharap penelitiannya terkait manfaat biji kelor bisa diaplikasikan di masyarakat.
"Daunnya juga biasa digunakan untuk sayur. Selain untuk penghijauan, banyak manfaat lain dari tanaman ini," ujar Adinda saat ditemui di sekolahnya di Jalan Gajah Mada, Semarang, Selasa (26/8/2014).
Penelitian Adinda tersebut ialah tentang manfaat serbuk biji kelor untuk menjernihkan air kotor. Penelitian ini sudah mendapatkan penghargaan, baik di tingkat lokal maupun nasional. Bahkan, ia sudah menyabet medali emas pada lomba riset tingkat SMA Asia-Pacific Conference of Young Scientist (APCYS) Ke-3 di Taiwan pada 18-22 Agustus 2014.
"Ya, memang belum untuk skala besar yang mendunia, tapi saya berharap bisa dimanfaatkan di lingkungan RT atau permukiman warga," kata gadis yang tinggal di Jalan Galar 2, No 13, Tlogosari, Semarang, itu.
Penggunaan serbuk biji kelor untuk menjernihkan air ini sangat mudah, hanya memasukkan serbuk ke dalam air kotor, kemudian diaduk dengan kecepatan dan waktu tertentu. Cara ini bisa dilakukan untuk menjernihkan air sungai yang keruh.
"Daripada memakai air sungai yang keruh untuk mandi dan lainnya, lebih baik kan dijernihkan dulu. Pohon kelornya bisa ditanam di pinggir-pinggir sungai atau sekitar rumah untuk penghijauan," ujarnya.
Penelitiannya ini memang berawal ketika melihat masih banyaknya warga yang menggunakan air sungai yang keruh untuk kebutuhan rumah tangga. Sebab, lingkungan sekitar sungai tidak teraliri air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.
Pemanfaatan biji kelor ini bisa dilakukan secara gotong royong di suatu lingkungan ataupun sendiri-sendiri di rumah. Ia mengatakan bisa saja memberikan pelatihan dan cara menggunakan serbuk biji kelor tersebut jika memang ada yang berminat.
"Dengan ini, air sungai bisa jernih dan bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga sehingga kebutuhan air bersih warga bisa tercukupi, bahkan bisa saja langsung minum, tapi perlu penelitian lebih lanjut," tambah putri pertama dari empat bersaudara pasangan Kodrat Agung Ari Winanto dan Andrini Widiasari tersebut. Kompas
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Ke Website Kami, Semoga Bermanfaat