Annisa Puteri Raka, siswa SMAN 6 Yogyakarta |
Sudah bukan cerita baru kalau penemuan anak bangsa, sering kali malah
tidak mendapat tempat di negara asalnya. Padahal, sejumlah karya mereka
patut diperhitungkan.
Meski dengan segala keterbatasan, mereka justru mampu berinovasi
menciptakan alat cukup hebat dan memiliki banyak manfaat. Di usia belia,
para pelajar di Indonesia justru memperlihatkan tajinya dalam perang
teknologi.
Seperti yang dilakukan Annisa Puteri Raka, siswa SMAN 6 Yogyakarta. Dia memiliki ide membuat Sepatu Anti Maling (Santiling).
“Ide awal pembuatan Santiling ini adalah ketika sandal dan sepatunya
sering hilang saat ditinggal di halaman rumah dan masjid. Pada awalnya sih ikhlas-ikhlas saja, tapi lama-lama tekor juga beli sepatu dan sandal terus,” kata Annisa kepada VIVAnews di LIPI Jakarta, Jumat 15 November 2013.
Teknologi Santiling yang dibuat Annisa terdiri atas dua macam, Santiling Mini Switch dan Santiling Reed Switch.
Untuk Santiling Mini Switch, cara kerjanya adalah ketika sepatu mengalami tekanan atau diinjak oleh orang lain, maka alarm akan berbunyi. Sementara itu, Reed Switch adalah ketika jarak sepasang sepatu sudah berjauhan, maka alarm akan berbunyi.
Teknologi Santiling, menurut Annisa, bekerja dengan sistem remote control.
Ketika tombol Santiling sudah di dalam posisi ON, maka saat jarak
sepasang sepatu sudah berjauhan dan mengalami tekanan (diinjak), sensor
akan mengirimkan sinyal ke alarm di sepatu dan di remote control.
“Dengan alat Santiling, maka orang-orang tidak perlu khawatir sepatu
dan sandalnya hilang saat jauh dari pengawasan,” ujar Annisa.
Penyiram Tanaman dengan Ponsel
Karya tak kalah hebat juga ditunjukkan oleh dua orang anak siswa
kelas lima di Sekolah Dasar Muhammadiyah Manyar, Gresik, Jawa Timur.
Adalah Fatima Ezzat dan Aurumita yang berhasil menciptakan alat penyiram tanaman dengan ponsel.
Konsep bernama Autopot ini memanfaatkan ponsel bekas untuk
menyiram tanaman di mana dan kapan saja. Sistemnya memindahkan energi
kimia menjadi energi listrik dan gerak.
Cara kerja dari alat Autopot dengan menyambungkannya dengan
ponsel bekas. Lalu, dinamo akan bergerak menyedot dan memancurkan air
jika ada sambungan telepon masuk.
“Jadi, prosesnya adalah ketika menelepon ke ponsel bekas, maka
getaran dari ponsel bekas itu akan mengubah energi gerak menjadi listrik
dan selanjutnya akan memberikan tekanan pada air,” ujar Fatima dan
Aurumita, kepada VIVAnews.
Aurumita mengaku memiliki hobi menanam. Namun, karena sering
bepergian ke luar kota, dia kerap lupa menyiram tanamannya. Dari sini
lah ide menyiram tanaman dari jarak jauh bermula.
“Lalu, saya berpikir bagaimana menciptakan alat untuk menyiram
tanamannya secara otomatis. Akhirnya, saya menemukan ide menyiram
tanaman hanya dengan melakukan panggilan telepon,” ujar Aurumita.
Biaya pembuatan alat Autopot ini hanya Rp350 ribu.
Komponennya terdiri atas botol bekas, ponsel bekas, kabel, SIM card,
sedotan, dinamo, selotip, baterai, komponen listrik, dan penyemprot air
dari mobil bekas.
Gelang Anti Penculikan
Penemuan alat berawal dari masih maraknya kasus penculikan terhadap
anak-anak di Indonesia. Situasi ini menjadi ide bagi Nurina Zahra dan
Tri Ayu Lestari, siswi SMAN 6 Yogyakarta, yang menciptakan Gelang Anti
Penculikan (GAP) dengan sensor alarm otomatis.
“Gelang ini dirancang khusus untuk mengontrol anak atau bayi jika
berada jauh dari jangkauan orangtuanya. Apabila si anak sudah berada
jauh dari orangtuanya, maka alarm yang ada gelang orang tuanya akan
berbunyi,” kata Nurina saat berbincang dengan VIVAnews.
Mekanisme dari Gelang Anti Penculikan ini adalah gelang yang dipakai
oleh anak sudah berisi transmitter yang akan mengirimkan sinyal RX radio
ke gelang milik orangtua.
Sinyal yang diterima oleh RX Radio akan masuk ke micro controller, kemudian dikeluarkan oleh alat buzzer berupa bunyi alarm.
Alarm akan berbunyi ketika orangtua dan anak berjarak 3 meter. Tapi,
menurut Tri Ayu Lestari, ke depannya akan ditambah jaraknya supaya lebih
jauh.
Selain menambahkan jarak, keduanya akan menambahkan fitur GPS untuk
melihat lokasi anak ketika sudah berada jauh dari orang tuanya. “Fitur
GPS itu akan memudahkan orangtua untuk mengetahui lokasi anak ketika
benar-benar diculik,” kata Tri.
Keduanya punya harapan besar Gelang Anti Penculikan ini bisa
diproduksi secara massal. “Mudah-mudahan alat ini bisa mengurangi kasus
hilang atau diculiknya anak oleh orang-orang jahat,” ujarnya.
Rompi Canggih “Gadget Vest”
Dari gelang anti penculikan, kini beralih kepada mereka yang sangat tergantung dengan perangkat gadget, termasuk smartphone.
Penggunaan pengisi daya ponsel portabel, atau populer dengan istilah powerbank, semakin marak digunakan oleh para pengguna ponsel pintar.
Tapi, terkadang aktivitas mengisi daya ponsel dengan powerbank cukup mengganggu, pengguna ponsel harus menenteng ponsel dan powerbank secara bersamaan.
Kondisi itu membuat Yosua Imantaka, siswa SMAN 6 Yogyakarta, memutar
otak. Dia kemudian memiliki ide membuat sebuah rompi yang membuatnya
tidak kerepotan ketika membawa ponsel dan powerbank secara bersamaan.
Selain itu, rompi ini bisa menghindari tubuh dari efek gelombang elektromagnetik dari ponsel.
“Gadget Vest adalah sebuah rompi yang berfungsi untuk membuat pengguna memiliki ruang untuk menaruh ponsel yang sedang dicash powerbank. Selain itu, rompi dapat melindungi penggunanya dari terkena gelombang elektromagnetik dari ponsel,” kata Yosua.
Ide awal pembuatan Gadget Vest, dia melanjutkan, terinspirasi oleh
baju pramuka perempuan yang memiliki banyak kantong untuk menyimpan
barang.
Bahan-bahan untuk membuat Gadget Vest terdiri atas rompi anti air,
kain flanel (bahan kain yang lembut dan tidak mudah robek), organite
(bahan anti radiasi elektromagnetik ponsel yang terbuat dari risin
fiberglass dan kristal quartz), dan daktron (berfungsi untuk mengurangi
dampak benturan pada ponsel dan menahan panas dari sinar Matahari).
Biaya total pembuatan Gadget Vest cukup terjangkau, totalnya hanya sekitar Rp335 ribu.
Helm Berlampu Sein
Temuan kali ini cukup penting untuk menekan angka kecelakaan
lalulintas. Berawal dari banyaknya penyebab kecelakaan, ketika lampu
sein pada sepeda motor sudah tertutup oleh barang-barang dagangan atau
pun gerobak.
Untuk mengurangi kecelakaan akibat kondisi kendaraan bermotor yang
minim fasilitas lampu sein, maka dua siswa asal SMP Islam Al Azhar 26,
Yogyakarta, Naufal Rasendriya Apta dan Archel Valiano menciptakan sebuah
helm yang sudah dilengkapi dengan lampu sein.
Cara kerja dari helm yang dilengkapi dengan lampu sein ini juga cukup
mudah. Jika pengendara ingin berbelok ke kiri, pengendara cukup
menggelengkan kepala ke kiri dan lampu sein bagian kiri menyala. Begitu
pun ketika akan berbelok ke kanan.
Sementara itu, untuk mematikan lampu sein, pengendara cukup
menganggukkan kepala sebanyak dua kali. Lampu sein akan otomatis
langsung mati.
Alat-alat yang dibutuhkan untuk pembuatan helm berlampu sein ini terdiri atas sensor accelero meter, micro controller AT Mega 8, lampu sein (kanan dan kiri), serta baterai.
Hasil buah karya Naufal dan Archel akhirnya keluar sebagai pemenang
kedua untuk kategori National Young Inventors Award (NYIA) di Kompetisi
Ilmiah LIPI.
Jaring 2.500 Karya Ilmiah
Semua penemuan ini adalah finalis dari kategori National Young
Inventor Awards (NYIA) di Kompetisi Ilmiah yang digelar Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 14-15 November 2013.
LIPI sengaja menggelar Kompetisi Ilmiah untuk merangsang munculnya
inovator-inovator muda yang nantinya bakal diadu di tingkat
internasional.
Kompetisi ini terdiri atas serangkaian lomba, di antaranya Lomba
Karya Ilmiah Remaja (LKIR) ke-45, Lomba Karya Ilmiah Guru (LKIG) ke-21,
Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-12, dan National Young
Inventor Award (NYIA) ke-6.
Menurut Kepala LIPI, Lukman Hakim, era globalisasi yang sangat
kompetitif ini, anak-anak bangsa harus meningkatkan kemampuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Khususnya untuk menciptakan sumber daya
manusia berbasis iptek.
“LIPI merasa pentingnya pendidikan iptek di kalangan remaja.
Kompetisi ilmiah ini untuk meningkat kemampuan anak-anak bangsa dalam
menciptakan solusi-solusi teknologi di masa depan,” kata Lukman.
Pada tahap awal Kompetisi Ilmiah 2013 ini, LIPI menjaring 2.500 karya
ilmiah. Tapi, setelah diseleksi berhasil menetapkan 103 finalis karya
ilmiah.
Nantinya, ke-103 finalis akan mempresentasikan karya ilmiahnya di
depan dewan juri dan ditetapkan pemenangnya dari masing-masing kategori.
“Nanti, karya ilmiah terbaik untuk kategori LKIR dan NYIA akan
diberangkatkan ke ajang internasional. Seperti ajang Intel International
Science and Engineering Fair pada 2014 dan International Exhibition for
Young Inventors 2014,” ujar Kepala Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan
Iptek LIPI, Bogie Soedjatmiko Eko Tjahjono. (sumber)
---
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Ke Website Kami, Semoga Bermanfaat